Senin, 28 Januari 2019

sejarah farmasi

Kata Farmasi berasal dari kata Pharmacon yang merupakan bahasa Yunani yang berarti racun atau obat. Farmasi merupakan profesi kesehatan yang meliputi kegiatan di bidang penemuan, pengembangan, produksi, pengolahan, peracikan, informasi obat dan distribusi obat.  Ilmu kefarmasian belum dikenal oleh dunia  pada zaman Hiprocrates atau yang lebih dikenal dengan sebutan Bapak Ilmu Kedokteran yaitu pada tahun 460 SM samapai dengan 370 SM.  Pada peradaban itu seorang Dokter memiliki banyak tugas tidak hanya mendiagnosa suatu penyakit yang diderita oleh sang pasien, tetapi ia juga mempersiapkan ramuan atau racikan obat seperti halnya seorang apoteker.
Seiring dengen perkembangan zaman dan ilmu pengetahuan kesehatan, problematika dalam pengadaan obat menjadi semakin rumit, baik karena formulanya  dan cara pembuataan obat tersebut. Oleh karena itu dibutuhkanlah seseorang yang dapat mendalami keahlian dalam pembuatan dan peracikan obat. Sehingga pada tahun 1240 SM Raja Jerman Frederick menyadarinya dan memberikan perintah untuk memisahkan dengan resmi antara Kedokteran dan Farmasi. Perintah tersebut sekarang dikenal dengan Dektrit Two Silices. Dari sinilah sejarah farmasi ini berasal, sehingga para ahli mengambil kesimpulan bahwa akar ilmu kedokteran dan ilmu kefarmasian ialah sama.

Ruang lingkup dari praktik farmasi termasuk praktik farmasi tradisional seperti peracikan dan penyediaan sediaan obat, serta pelayanan farmasi modern yang berhubungan dengan layanan terhadap pasien  di antaranya layanan klinik, evaluasi efikasi dan keamanan penggunaan obat, dan penyediaan informasi obat. Kata farmasi berasal dari kata farma (pharma). Farma merupakan istilah yang dipakai pada tahun 1400 – 1600an.
Berikut ini adalah tokoh-tokoh besar yang berjasa terhadap terbentuknya ilmu farmasi :
1. Paracelsus (1541-1493 SM) berpendapat bahwa untuk membuat sediaan obat perlu pengetahuan kandungan zat aktifnya dan dia membuat obat dari bahan yang sudah diketahui zat aktifnya
2. Hippocrates (459-370 SM) yang dikenal dengan “bapak kedokteran” dalam praktek pengobatannya telah menggunakan lebih dari 200 jenis tumbuhan.
p16vkeit7712ltdo5ur3vo71ri30_21315
3. Claudius Galen (200-129 SM) menghubungkan penyembuhan penyakit dengan teori kerja obat yang merupakan bidang ilmu farmakologi.
images
4. Ibnu Sina (980-1037) telah menulis beberapa buku tentang metode pengumpulan dan penyimpanan tumbuhan obat serta cara pembuatan sediaan obat seperti pil, supositoria, sirup dan menggabungkan pengetahuan pengobatan dari berbagai negara yaitu Yunani, India, Persia, dan Arab untuk menghasilkan pengobatan yang lebih baik.
Fig_1_Drawing_of_Ibn_Sina
5. Johann Jakob Wepfer (1620-1695) berhasil melakukan verifikasi efek farmakologi dan toksikologi obat pada hewan percobaan, ia mengatakan :”I pondered at length, finally I resolved to clarify the matter by experiment”. Ia adalah orang pertama yang melakukan penelitian farmakologi dan toksikologi pada hewan percobaan. Percobaan pada hewan merupakan uji praklinik yang sampai sekarang merupakan persyaratan sebelum obat diuji–coba secara klinik pada manusia.
images (1)
6. Institut Farmakologi pertama didirikan pada th 1847 oleh Rudolf Buchheim (1820-1879) di Universitas Dorpat (Estonia). Selanjutnya Oswald Schiedeberg (1838-1921) bersama dengan pakar disiplin ilmu lain menghasilkan konsep fundamental dalam kerja obat meliputi reseptor obat, hubungan struktur dengan aktivitas dan toksisitas selektif.  Konsep tersebut juga diperkuat oleh T. Frazer (1852-1921) di Scotlandia, J. Langley (1852-1925) di Inggris dan P. Ehrlich (1854-1915) di Jerman.
Rudolf_Buchheim
  • Perkembangan Ilmu Farmasi 
lmu farmasi awalnya berkembang dari para tabib dan pengobatan tradisional yang berkembang di Yunani, Timur-Tengah, Asia kecil, Cina, dan Wilayah Asia lainnya. Mulanya “ilmu pengobatan” dimiliki oleh orang tertentu secara turun-temurun dari keluarganya.
Perkembangan ilmu farmasi kemudian menyebar hampir ke seluruh dunia. Mulai Inggris, Amerika Serikat, dan Eropa Barat. Sekolah Tinggi Farmasi yang pertama didirikan di Philadelphia, Amerika Serikat pada tahun 1821 (sekarang sekolah tersebut bernama Philadelphia College of Pharmacy and Science). Setelah itu, mulailah era baru ilmu farmasi dengan bermunculannya sekolah-sekolah tinggi dan fakultas di universitas.
Peran organisasi keprofesian atau keilmuwan juga ditentukan perkembangan ilmu farmasi. Sekarang ini banyak sekali organisasi ahli farmasi baik lingkup nasional maupun internasional. Di Inggris, organisasi profesi pertama kali didirikan pada tahun 1841 dengan nama “The Pharmaceutical Society of Great Britain”. Sedangkan, di Amerika Serikat menyusul 11 tahun kemudian dengan nama “American Pharmaceutical Association”. Organisasi internasionalnya akhirnya didirikan pada tahun 1910 dengan nama “Federation International Pharmaceutical”.
Sejarah industri farmasi modern dimulai 1897 ketika Felix Hoffman menemukan cara menambahkan dua atom ekstra karbon dan lima atom ekstra karbon dan lima atom ekstra hidrogen ke adlam sari pati kulit kayu willow. Hasil penemuannya ini dikenal dengan nama Aspirin, yang akhirnya menyebabkan lahirnya perusahaan industri farmasi modern di dunia, yaitu Bayer. Selanjutnya, perkembangan (R & D) pasca Perang Dunia I. Kemudian, pada Perang Dunia II para pakar berusaha menemukan obat-obatan secara massal, seperti obat TBC, hormaon steroid, dan kontrasepsi serta antipsikotika.
Sejak saat itulah, dunia farmasi (industri & pendidikannya) terus berkembang dengan didukung oleh berbagai penemuan di bidang lain, misalnya penggunaan bioteknologi. Sekolah-sekolah farmasi saat ini hampir dijumpai di seluruh dunia. Kiblat perkembangan ilmu, kalau boleh kita sebut, memang Amerika Serikat dan Jerman (karena di sanalah industri obat pertama berdiri).

tujuan pelayanan farmasi

Tujuan Pelayanan Farmasi
Tujuan pengaturan Pekerjaan Kefarmasian untuk :
  1. Memberikan perlindungan kepada pasien dan masyarakat dalam memperoleh dan/atau menetapkan sediaan farmasi dan jasa kefarmasian;
  2. Mempertahankan dan meningkatkan mutu penyelenggaraan Pekerjaan Kefarmasian sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta peraturan perundangan-undangan; dan
  3. Memberikan kepastian hukum bagi pasien, masyarakat dan Tenaga Kefarmasian.

C. Tugas Pokok dan Fungsi Pelayanan Farmasi
Tugas Pokok :
  1. Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal
  2. Menyelenggarakan kegiatan pelayanan farmasi profesional berdasarkan prosedur kefarmasian dan etik profesi
  3. Melaksanakan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE)
  4. Memberi pelayanan bermutu melalui analisa, dan evaluasi untuk meningkatkan mutu pelayanan farmasi
  5. Melakukan pengawasan berdasarkan aturan-aturan yang berlaku
  6. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan di bidang farmasi
  7. Mengadakan penelitian dan pengembangan di bidang farmasi
  8. Memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan dan formularium rumah sakit

Fungsi :
  1. Pengelolaan Perbekalan Farmasi
    • Memilih perbekalan farmasi sesuai kebutuhan pelayanan rumah sakit
    • Merencanakan kebutuhan perbekalan farmasi secara optimal
    • Mengadakan perbekalan farmasi berpedoman pada perencanaan yang telah dibuat sesuai ketentuan yang berlaku
    • Memproduksi perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah sakit
    • Menerima perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan ketentuan yang berlaku
    • Menyimpan perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan persyaratan kefarmasian
    • Mendistribusikan perbekalan farmasi ke unit-unit pelayanan di rumah sakit
  2. Pelayanan Kefarmasian dalam Penggunaan Obat dan Alat Kesehatan
    • Mengkaji instruksi pengobatan/resep pasien
    • Mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat dan alat kesehatan
    • Mencegah dan mengatasi masalah yang berkaitan dengan obat dan alat kesehatan
    • Memantau efektifitas dan keamanan penggunaan obat dan alat kesehatan
    • Memberikan informasi kepada petugas kesehatan pasien/keluarga
    • Memberi konseling kepada pasien/keluarga
    • Melakukan pencampuran obat suntik
    • Melakukan penyiapan nutrisi parenteral
    • Melakukan penanganan obat kanker
    • Melakukan penentuan kadar obat dalam darah
    • Melakukan pencatatan setiap kegiatan
    • Melaporkan setiap kegiatan

pelayanan farmasi

Pelayanan kefarmasian adalah bentuk pelayanan dan tangggung jawab langsung profesi apoteker dalam pekerjaan kefarmasian untuk meningkatkan kualitas hidup pasien (Menkes RI, 2004). Pelayanan kefarmasian merupakan proses kolaboratif yang bertujuan untuk mengidentifikasi, mencegah, dan menyelesaikan masalah obat dan masalah yang berhubungan dengan kesehatan.
Pelayanan farmasi merupakan salah satu kegiatan di rumah sakit yang menunjang pelayanan kesehatan yang bermutu. Hal tersebut diperjelas dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit, yang menyebutkan bahwa pelayanan farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik, yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat.

Alat kesehatan adalah instrumen, aparatus, mesin implan yang tidak mengandung obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis, menyembuhkan dan meringankan penyakit, merawat orang sakit, serta pemulihan kesehatan, pada manusia dan atau membentuk struktur dan memperbaiki fungsi tubuh.
Evaluasi adalah proses penilaian kinerja pelayanan farmasi di rumah sakit yang meliputi penilaian terhadap sumber daya manusia (SDM), pengelolaan perbekalan farmasi, pelayanan kefarmasian kepada pasien/pelayanan farmasi klinik.
Mutu pelayanan farmasi rumah sakit adalah pelayanan farmasi yang menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan dalam menimbulkan kepuasan pasien sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata masyarakat, serta penyelenggaraannya sesuai dengan standar pelayanan profesi yang ditetapkan serta sesuai dengan kode etik profesi farmasi.
Obat yang menurut undang-undang yang berlaku, dikelompokkan ke dalam obat keras, obat keras tertentu dan obat narkotika harus diserahkan kepada pasien oleh Apoteker. Pengelolaan perbekalan farmasi adalah suatu proses yang merupakan siklus kegiatan, dimulai dari pemilihan, perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, penghapusan, administrasi dan pelaporan serta evaluasi yang diperlukan bagi kegiatan pelayanan
Pengeindalian mutu adalah suatu mekanisme kegiatan pemantauan dan penilaian terhadap pelayanan yang diberikan, secara terencana dan sistematis, sehingga dapat diidentifikasi peluang untuk peningkatan mutu serta menyediakan mekanisme tindakan yang diambil sehingga terbentuk proses peningkatan mutu pelayanan farmasi yang berkesinambungan
Perbekalan farmasi adalah sediaan farmasi yang terdiri dari obat, bahan obat, alat kesehatan, reagensia, radio farmasi dan gas medis. Perbekalan kesehatan adalah semua bahan dan peralatan yang diperlukan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan, yang terdiri dari sediaan farmasi, alat kesehatan, gas medik, reagen dan bahan kimia, radiologi, dan nutrisi Perlengkapan farmasi rumah sakit adalah semua peralatan yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan pelayanan kefarmasian di farmasi rumah sakit
Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter hewan kepada Apoteker, untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai peraturan yang berlaku.
Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional, dan kosmetika.
Perbekalan kesehatan adalah semua bahan dan peralatan yang diperlukan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan yang terdiri dari sediaan farmasi, alat kesehatan, gas medik, reagen bahan kimia, radiologi, dan nutris

farmakologi


Definisi Farmakologi :

  • ilmu yang mempelajari cara dan bagaimana fungsi sistem hidup di pengaruhi oleh obat
  • ilmu yang mempelajari sejarah, asal usul obat, sifat fisika dan kimiawi, cara mencampur dan membuat obat, efek terhadap fungsi biokimia dan faal, cara kerja, absorpsi, biotransformasi dan eksresi, penggunaan dalam klinik dan efek toksiknya
  • ilmu yang mempelajari penggunaan obat untuk diagnosa, pencegahan dan penyembuhan penyakit
  • ilmu tentang obat (pharmacon dan logos)

Nah, selain Farmakologi, ada juga loh Cabang atau Ruang Lingkup Ilmu Farmakologi yaitu :

  1. Farmasi/Farmasetika



ilmu yang mempelajari cara membuat, mencampur, memformulasikan obat


2. Farmakokinetika


ilmu yang memperlajari proses yang dilakukan oleh tubuh dari masuknya obat sampai hilangnya obat dari tubuh


ilmu yang mempelajari nasib obat dalam tubuh manusia


3. Farmakodinamika


ilmu yang mempelajari cara kerja obat, efek obat terhadap fungsi berbagai organ dan pengaruh obat terhadap reaksi biokimia dan struktur organ


ilmu yang mempelajari pengaruh obat terhadap sel tubuh


4. Farmakoterapi


Cabang ilmu farmakologi yang mempelajaripenggunaan obat untuk pencegahan dan penyembuhan penyakit


5. Farmakognosi


Cabang ilmu farmakologi yang mempelajari pengetahuan dan pengenalan makroskopik dan mikroskopik berbagai tumbuhan, hewan, mineral, dan organisme lainnya yang dapat digunakan menjadi sumber obat


6. Khemoterapi


Cabang ilmu farmakologi yang mempelajari cara pengobatan penyakit disebabkan oleh mikroba patogen


7. Toksikologi


ilmu yang mempelajari keracunan oleh berbagai bahan kimia terutama obat

obat tradisional

lingkungan mempunyai peran penting bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Contoh kecilnya makan, tempat tinggal, obat-obatan hingga perawatan tubuh dapat manusia peroleh dari lingkungan. Namun, sayangnya belum banyak kekayaan alam di sekitar kita dimanfaatnya dan dikembangkan dengan sebaik-baiknya oleh manusia.

Bangsa Indonesia secara turun temurun dari generasi ke generasi telah mengenal dan juga menggunakan tanaman yang dimanfaatkan sebagai obat untuk menanggulangi masalah kesehatan.

Bangsa Indonesia membuat obat tradisonal dengan memanfaatkan bahan alam yangmana telah terbukti dangan adanya naskah lama pada daun lontar Husodo (Jawa), dokumen Serat Primbon Jampi, dan relief candi Borobudur yang melukiskan orang sedang meracik obat (jamu) yang mana bahan bakunya berasal dari tumbuhan.

Di seluruh penjuru dunia, obat herbal telah dipercaya akan khasiatnya. Menurut WHO, negara-negara latin banyak memanfaatkan obat herbal sebagai pelengkap pengobatan primer. Contohnya di Negara Afrika 80% masyarakatnya untuk pengobatan primernya menggunakan obat herbal (WHO, 2003).

Banyak faktor-faktor yang dapat mendorong peningkatan penggunaan obat herbal pada negara maju, diantaranya adalah ingin memiliki harapan hidup yang lebih panjang, disamping itu juga tiap tahun obat herbal semakin luas bagi kita untuk mengakses informasinya serta penggunaan obat modern seperti obat kanker tidak jarang mengalami kegagalan adanya efek samping.

Untuk penyakit kronis dan degeneratif dalam pemeliharaan kesehatannya, pencegahan dan pengobatannya WHO menyarankan penggunaan obat tradisional termasuk obat-obat herbal. WHO juga ikut mendukung dalam peningkatkan keamanan dan juga khasiat dari obat herbal tersebut. (WHO, 2003).

Pada umumnya penggunaan obat tradisional dinilai lebih aman daripada penggunaan obat modern. Hal ini disebabkan karena obat tradisional memiliki efek samping yang relatif lebih sedikit daripada obat modern.

KETEPATAN PENGGUNAAN OBAT TRADISIONAL
Jika digunakan dengan cara yang tepat maka efek samping obat tradisional relatif kecil meliputi

1. Kebenaran Obat
Untuk tercapainya efek farmakologi yang diinginkan, maka kebenaran bahan obat menjadi salah satu dari penentunya. Di Indonesia, terdapat berbagai macam tanaman obat dari berbagai spesies yang kadangkala sulit untuk dibedakan.

Setiap spesies dari tanaman obat memiliki khasiat yang berbeda, sebagai contohnya lempuyang. Di pasaran, ada beragam jenis lempuyang yang sulit untuk dibedakan. Lempuyang emprit dan Lempuyang gajah berwarna kuning serta berhasiat untuk menambah nafsu makan. Namun, bentuk lempuyang emprit relatif kecil dibandingkan dengan lempuyang gajah. Sedangkan lempuyang wangi berwarna putih dan berbau harum dan berhasiat sebagai pelangsing (Sastroamidjojo S, 2001).


2. Ketepatan dosis
Seperti halnya obat buatan pabrik, tanaman obat juga tak bisa dikonsumsi sembarangan. Tanaman obat juga memunyai dosis dan aturan pakai yang harus dipatuhi seerti halnya resep dokter. Sebagai contohnya buah mahkota dewa dimana perbandingannya dengan air adalah 1 : 3 artinya untuk menkonsumi 1 buah memerlukan 3 gelas air. Sementara daun mindi akan menimbulkan khasiat jika direbus sebanyak 7 lembar dengan takaran air tertentu (Suarni, 2005).

Banyak masyarakat beranggappan bahwa tanaman obat bisa dikonsumsi secara sembarangan tanpa dosis yang tepat. Tanaman obat tidak dapat begitu saja dikonsumsi secara bebas. Takaran dan dosis tetap harus sesuai dengan ketentuan. Hal ini tidak menutup kemungkinan bahwa tanaman obat memiliki efek samping.

Sebagai salah satu contoh adalah tanaman dringo (Acorus calamus) yang dipercaya dapat mengobati tingkat stress. Karena di dalam tanaman dringo terdapat kandungan senyawa bioaktif asaron. Tanaman dringo dapat menimbulkan efek relaksasi terhadap otot serta memberikan efek sedatif pada sistem saraf pusat apabila dalam dosis rendah. Akan tetapi, apabila digunakan berlebih dalam dosis tinggi akan menimbulkan efek yang sebaliknya yaitu dapat meningkatkan aktivitas mental. Selain itu, asaron dringo juga dapat memicu timbulnya kanker apabila digunakan secara terus menerus dalam waktu yang lama.

3. Ketepatan waktu penggunaan
Selain dosis dan takaran untuk mengonsumsi tanaman obat harus tepat, waktu penggunaan juga harus tepat untuk meminimalisir efek samping yang timbul. Sebagai salah satu contoh adalah kunyit. Kunyit yang dipercaya dapat mengurangi nyeri pada saat haid justru dapat menyebabkan terjadi keguguran apabila dikonsumsi pada awal masa kehamilan. Oleh karenanya, efek dari tanaman obat sangat dipengaruhi oleh ketepatan waktu penggunaan.

4. Ketepatan cara penggunaan
Setiap tanaman obat juga tidak bisa dikonsumsi dengan cara yang sembarangan. Tidak semua tanaman obat memiliki efek dan berkhasiat apabila dikonsumsi dengan cara meminum air rebusannya. Sebagai contoh daun kecubung yang digunakan sebagai bronkodilator digunakan dengan cara dihisap. Namun apabila daun kecubung dikonsumsi dengan cara diseduh justru akan menyebabkan mabuk.


5. Ketepatan menggali informasi
Di era zaman yang serba canggih ini sangat mudah untuk kita menggali berbagai informasi melalui internet dan juga media sosial. Namun, tidak sedikit informasi-informasi yang ada tidak di dasarkan pada pengetahuan sehingga justru dapat menyesatkan para pembacanya. Sehingga diperlukan kejelian pada para penggunanya untuk mencari informasi yang valid.

6. Tidak disalah gunakan
Tanaman obat tradisional sangat mudah ditemukan. Untuk menggunakan obat-obat tersebut tidak memerlukan resep dokter terlebih dahulu. Sehingga tidak sedikit masyarakat yang mengonsumsi obat tradisional dengan tujuan lain. Sebagai contoh penggunaan jamu untuk menggugurkan kandungan atau menghisap kecubung sebagai psikotropika.

7. Ketepatan pemilihan obat untuk penyakit tertentu
Dalam satu jenis tanaman obat terkandung lebih dari satu zat aktif yang memiliki khasiat untuk mengobati penyakit tertentu. Perbandingan antara khasiat dengan efek samping yang ditimbulkan haruslah seimbang. Sehingga masyarakat harus pintar dalam memilih obat tradisional dan memikirkan efek samping yang mungkin dapat timbul.

sejarah farmasi

Kata Farmasi berasal dari kata  Pharmacon  yang merupakan bahasa Yunani yang berarti  racun  atau  obat . Farmasi merupakan profesi kesehata...